Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Filosofi Ngarit


Martapura PediaNgarit berasal dari kata ‘ardhu (bahasa Arab) yang berarti adalah bumi. Didalam aksara jawa tidak ada huruf ‘ain, adanya adalah aksara Jawa “ngo”. Selain itu memang lidah orang Jawa kuno kesulitan melafalkan huruf ‘ain, maka kata ‘ardhu dilafalkan dengan ngardu. Makna dari ngardu atau ngarit sendiri adalah membumi, mencari rizki dibumi dan seisinya. Ngardu atau ngarit terhadap sifat manusia adalah sifat membumi yaitu tawadhu’ / rendah hati, selalu bersyukur terhadap nikmat Allah SWT dan menjauhkan diri dari sifat sombong, takabur dan thama’. Makna lain dari ngardu adalah bahwa komponen utama bumi setelah air adalah tanah, sedangkan manusia berasal dari tanah dan akan kembali pula menjadi tanah. 

Ngarit juga bisa dikaitkan dengan ngaridho, mencari ridho dari Sang Pencipta. Ridho yang bermakna lebih dari sekedar restu merupakan salah satu kunci dalam kehidupan ini. Keridhoan Allah dan Orangtua merupakan syarat mutlak kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Di tulisan saya terdahulu manfaat ngarit sudah saya jelaskan dengan gamblang. Ngarit adalah kegiatan sederhana dan selalu dianggap pekerjaan sepele dan terhina. Generasi muda kita sudah jarang yang bersedia menjalankan kegiatan ngarit ini. Memang tidak bisa dipungkiri lagi perubahan jaman menjadi penyebab utama orang enggan ngarit. Generasi muda kita merasa gengsi dan minder melakukan kegiatan bernama ngarit. 

Filosofi ngarit dalam kehidupan sehari-hari dapat menghasilkan sifat atau karakter yang tekun, jujur, ulet, rajin, disiplin, hati-hati, pemberani, pantang menyerah, dan beberapa sifat terpuji lainnya. Karakter itu terbentuk secara alamiah dari kegiatan ngarit. Apapun aktifitas kita, maka filosofi ngarit dapat kita adopsi. Filosofi ngarit akan sangat bermanfaat pula kita terapkan dalam lingkup pekerjaan kita. 

Sebelum memulai kegiatan ngarit harus dipersiapkan dulu peralatannya berupa arit dan wadah. Arit yang akan digunakan terlebih dahulu harus diasah supaya tajam dengan menggunakan “ongkal”. Maknanya adalah siapkan mental dan fisik dan utamanya adalah niat sebelum memulai pekerjaan. Pikiran harus diasah sehingga nanti arah dan tujuan bisa tercapai dengan sukses.

Setelah peralatan siap maka kita mengawalinya dengan perjalanan yang kadang mudah, tetapi kadang pula berliku. Kadang tanpa rintangan, namun terkadang penuh rintangan seperti banjir, dan lainnya. Semua rintangan seperti panas, hujan, gatal-gatal dan serangan hewan berbahaya harus kita hadapi. Kemudian kita harus dapat mencari dan menentukan tempat mana yang sesuai dengan kebutuhan rumput yang akan diambil. Rumput yang diambil harus sesuai kebutuhan hewan ternak. Rumput tua untuk ternak sapi, dan rumput umur sedang untuk kambing atau domba. Perencanaan yang matang adalah kunci utama keberhasilan. Jika salah dalam perencanaan tentu saja pekerjaan tersebut akan lama terselesaikan. 

Kegiatan ngarit membutuhkan kecepatan, ketepatan, kehati-hatian dan kecermatan. Kita dalam bekerja juga harus menerapkan empat hal tersebut. Kecepatan dalam bekerja harus diimbangi dengan ketepatan, kehati-hatian dan kecermatan. Saat ngarit, waspada terhadap adanya hewan berbahaya seperti ular, kalajengking, dan ulat. Hati-hati juga dengan arit yang kita gunakan, sebab bagaimanapun arit yang tajam tersebut bisa melukai anggota tubuh kita sendiri jika tidak cermat menggunakannya. Pastikan pula rumput yang kita ambil aman dari pestisida atau obat-obatan lain yang berbahaya. 

Inti kegiatan ngarit adalah hasil kita merumput. Rumput yang dibawa harus bagus dan aman bagi hewan ternak. Rumput yang dibawa harus dengan takaran yang pas, tidak kurang dan tidak pula berlebihan. Jika kurang maka dipastikan ternak kita masih lapar karena tidak cukup, namun jika berlebih itu berarti sia-sia /mubadzir. Jika berlebihan tentu kita tidak sanggup membawanya akibat beban yang terlalu berat. Apabila menginginkan stok rumput yang banyak tentu kita bisa “mbaleni” atau “ngunjal” rumput tersebut. 

Memikul / “nyunggi” / menggotong rumput merupakan tanggungjawab kita setelah selesai ngarit. Dari sini bisa diambil hikmah bahwa segala sesuatu itu harus sesuai ukuran. Kita harus pintar dalam mengukur kemampuan diri sehingga pekerjaan yang kita jalani masih sebatas kemampuan kita. Demikian pula jika pekerjaan tersebut banyak maka kita bisa lembur agar pekerjaan cepat terselesaikan. 

Hewan ternak kita haruslah mendapatkan rumput sesegera mungkin, maka pastikan pulang dengan tepat waktu. Perlakukan hewan ternak sebagaimana jika kita menganalogikan hewan ternak tersebut adalah anak dan istri kita. Hewan ternak harus mendapatkan makanan dan minuman yang cukup. Jangan sampai terlambat apalagi mampir-mampir saat ngarit. Anak istri kita selalu menunggu di rumah dengan perasaan was-was terhadap suami dan ayahnya. Mereka menunggu nafkah kita. 

Filosofi ngarit tentu saja selangkah lebih maju daripada filosofi ngopi. Filosofi ngopi adalah perencanaan atau pemikiran saja, sedangkan filosofi ngarit adalah tindakan positif nyata. Filosofi ngopi dibutuhkan sebagai “entertainment” atau refeshing otak yang penat. Filosofi ngarit adalah “reality show” atau dalam bahasa sinetronnya adalah kisah nyata. Bedanya, ngopi sering membuat manusia terlena dengan duniawi, sedangkan ngarit adalah “DUNIAWI UNTUK DUNIA DAN AKHIRAT”. 

Ngopi dan ngarit adalah hal penting yang tumbuh di masyarakat. Tradisi kearifan lokal yang seharusnya terus kita lestarikan keberadaannya.

Sumber : Kompasiana

MARTAPURAPEDIA
MARTAPURAPEDIA Akun Media Sosial Terbesar di OKU Timur disemua Platform : Follow IG/Martapurapedia

Posting Komentar untuk "Filosofi Ngarit"